Masalah
lalu lintas tersebut jelas menimbulkan kerugian yang sangat besar pada pemakai
jalan, terutam dalam hal pemborosan bahan bakar, pemborosan waktu (tundaan),
dan juga rendahnya tingkat kenyamanan dan lingkungan.dapat dibayangkan berapa
banyak waktu dan uang yang terbuang
percuma jika kendaraan terperangkap dalam kemacetan dan berapa banyak
uang dan waktu yang dapat disimpan (dihindari) jika kemacetan tersebut dapat
dihilangkan (dari sisi biaya bahan baakr dan nilai waktu tundaan). Hal tersebut
menyebabkan perluanya dipikirkan secara serius alternatif pemecahan masalah
transportasi, terutama kemacetan di daerah perkotaan (Tamin, 1999).
Solusi
mengatasi kepadatan lalu lintas di jalan raya dan akibat polusi udara yang
ditimbulkannya dapat dilakukan melakukan tes uji emisi. Dengan cara ini jumlah
mobil yang ada di jalanan paling tidak berkurang sehingga kemacetan bisa
dihindari dan dampak limbah pembuangan asap kendaraan bermotor juga berkurang
(Boediningsih , 2011).
Berbeda
dengan Indonesia, pemerintah Jepang memilih untuk mengontrol volume kendaraan
yang ada di jalanan Jepang. Pengontrolan volume kendaraan di Jepang ini adalah dengan membatasi penggunaan emisi
(hasil pembakaran berupa gas yang keluar melalui sistem pembuangan pada
kendaraan) pada setiap kendaraan. Setiap kaca mobil di Jepang wajib ditempeli
dengan stiker tersertifikasi uji emisi dengan batas waktu masa berlakunya.
Biasanya, uji emisi pertama yaitu tiga tahun setelah membeli mobil, dan
kemudian secara berkala setiap dua tahun sekali. Hasil uji emisi ini
menampilkan daftar tingkat emisi yang dikeluarkan mobil dan daftar suku cadang
yang harus diganti. Untuk mendapatkan sertifikat uji emisi ini juga tidaklah
murah, masyarakat Jepang harus membayar uang yang jumlahnya cukup mahal. Bahkan
dalam beberapa kasus, besarnya biaya penggantian suku cadang ini bahkan
melebihi biaya pembelian mobil baru. Cara
ini cukup efektif mengontrol volume kendaraan karena masyarakat Jepang akan
cenderung untuk mengganti mobil mereka dengan yang baru dan membuang mobil lama
mereka. Sehingga satu orang di Jepang biasanya hanya akan memiliki satu mobil
saja (Huang, 2014).
*Sumber*
0 komentar :
Post a Comment