Siapa yang tak pernah melihat aksi Ip Man (Yip Man)
bikinan orang Hongkong. Dibintangi oleh Donnie Yen. Film yang sukses dan sangat
apik. Beladiri yang efisien dengan memanfaatkan energi atau kekuatan lawan, yang
dikenal dengan Wing Chun.
Film ini diambil dari sejarah nyata dari guru
beladiri Bruce Lee. Kisah perjuangan hidup seorang pendekar melawan penjajaah
Jepang .
Tapi tahukah Anda, bahwa Indonesia memiliki kisah
sejenis dimana seorang pendekar beladiri melawan jagoan Jepang. Siapakah dia ?
Darimana pendekar ini ?
Yup, pendekar ini berasal dari kota kelahiran saya yaitu Raden Mas Harimurti dari Yogyakarta.Raden Mas Harimurti
Raden Mas Harimurti atau yang
biasa dipanggil dengan Ndara Hari adalah salah satu tokoh tari klasik kraton
Yogyakarta, persilatan dan kebatinan dari Yogakarta. Beliau mempelajari semua
itu sejak masa anak-anak. RM Harimurti lahir pada hari Selasa Kliwon, 25
Jumadilakir 1837 Jimawal atau 6 Agusutus 1907 dan wafat pada hari Rebo Pon, 19
Bakdamulud 1894 Je atau 18 September 1962. Sejak umur 13 tahun, beliau
mengembara ke seluruh Nusantara menekuni ilmu persilatan dan kanuragan. Ndara
Hari banyak bersahabat dan berbagi ilmu dengan tokoh- tokoh silat pada jaman
itu seperti Kyai Busro, Kyai Mustapa, Kyai Iskak, Kyai Iskandar, dan lain lain.
Sejak usia muda, Ndara Hari
dikenal sebagai anak yang nakal dan berani, bahkan dikeluarkan dari Euroosche
Legere School Yogyakarta gara-gara mengajak teman-temannya untuk tidak
menghadiri perayaan penobatan Ratu Wilhelmina.Salah satu bukti keberaniannya,
adalah keikutsertaan beliau dalam pertandingan “Sambuk”, yaitu pertandingan
silat antar pendekar silat, dalam suatu
tempat tertutup berbentuk kalangan dengan menggunakan senjata pegangan masing
masing. Dalam Sembilan kali aduan Sambuk yang diikutinya, Ndara Hari
tidak pernah kalah. Hal inilah yang membuat beliau kemudian diangkat menjadi
juri pertandingan sampai 3 kali.
Ndara Hari juga mempelajari seni
bela diri dari negara asing yaitu jiu-jiutsu yang beliau pelajari secara khusus
dengan mendatangkan guru dari Jepang dengan bayaran yang sangat mahal. Beliau
juga mendalami seni kung fu dari aliran Sam Ban Ning dan Shantung dan waktu itu
beliau dinobatkan menjadi pendekar disertai dengan upacara kebesaran.
Kisah
Melawan Jepang
Pada tahun 1932, Raden Mas
Harimurti menyatakan diri tidak mengajarkan pencak silatlagi. Hanya murid-murid
tertentu yang diberi pelajaran. Sejak saat itu, Raden Mas Harimurti jarang
sekali turun tangan dalam pertandingan silat. Namun demikian beliau pernah
turun tangan pada zaman Jepang dan pada tahun 1953.
Beberapa bulan setelah tentara
Jepang menduduki Yogya, dalem Tejokusuman dilanda kehebohan. Utusan polisi
militer Jepang datang dan memanggil Raden Mas Harimurti untuk menghadap ke
markas tentara Jepang di bekas sekolah Bruderan sebelah timur Bank Indonesia. Segalanya
menjadi jelas setelah Raden Mas Harimurti dierima baik-baik oleh letnan Sato, komandan
polisi militer itu. Menurut dokumen yang disimpan Sato, Raden Mas Harimurti
adalah sahabat jendral Sawabe, bekas manager toko Fuji yang memberikan jalan ke
untuk belajar Jiujitsu dengan guru langsung dari Jepang. Jendral Sawabe
memberikan pesan agar Raden Mas Harimurti tidak diusik, ternyata Jendral Sawabe
adalah jendral intelejen pada pasukan pendobrak yang menduduki tanah Jawa.
Waktu itu Raden Mas Harimuti
diajak melihat tawanan yang disiksa Jepang. Ditanya pendapatnya, hanya menjawab
: “Kasihan, Saya tak tega”. Kemudian ditanya lagi, apakah beliau mau
ditarungkan dengan algojo kempetai ( polisi militer ) yang ahli beladiri ?
Namanya Tsesomoto. Harimurti
menjawab mau, asal yang memerintah Sato, jadi bukan atas kehendak Raden Mas
Harimurti. Disaksikan puluhan serdadu
Jepang, Raden Mas Harimurti berhadapan dengan Tsesomoto, jagoan Judo dan
Karate.
Beliau dengan cerdasnya mengalahkan
algojo itu tanpa menimbulkan marah si Sato maupun Tsesomoto. Beliau kemudian
menggunakan langkah (jurus silat Padang). Algojo itu lengah langsung ditubruk
dan ditotok (seperti di film klasik Hongkong Pendekar Rajawali atau film laga
Sejenis) pangkal daun telinganya. Ia tertidur dan terjatuh.
Semua yang melihat kagum
sekaligus geram menyaksikan kehebatan Raden Mas Harimurti. Semua menunggu
tindakan Sato. Sato kemudian mendekati Raden Mas Harimurti dan bertanya, “ Apakah orang seperti Anda disini
(Yogyakarta) masih ada ? Dan apakah Raden Mas Harimurti mau bekerja bagi Jepang
“. Raden Mas Harimurti menjawab, “ Di Yogya,
orang yang melebihi kepandaian saya masih banyak. Terimakasih. Saya ini abdi
dalem di Yogya dan digaji ingkang sinuwun (Sri Sultan HB IX kala itu). “
Rupa-rupanya kata-kata itu
berakibat hebat. Selama pendudukan Jepang di Yogyakarta, tentara Dai Nippon
tidak seganas dan tidak sesadis seperti di daerah lain.
Sumber :
http://tangtungan.com/2014/11/18/krisnamurti-mataram-aliran-tedjokusuman-yogyakarta/
http://archive.kaskus.co.id/thread/3597780/0/jumat-silat-4---rm-harimurti-bagian-2
0 komentar :
Post a Comment