UNSYIAH LIBRARY :
INFORMASI, GOOGLE, PERPUSTAKAAN, DAN KELEBIHAN PUSTAKA UNSYIAH
PENTINGNYA INFORMASI
Pernahkah
mendengar ungkapan ini,”Barangsiapa yang menguasai informasi, maka
ia akan menguasai dunia.” Dalam hal ini, betapa pentingnya
informasi dalam kehidupan manusia. Dengan kata lain, informasi dapat
mewarnai kehidupan suatu bangsa dan kemajuan informasi dapat
mempengaruhi perkembangan manusia (Sukma, 2005).
Informasi
diperlukan untuk membuat keputusan yang tepat. Bahkan dewasa ini,
informasi bukan lagi sekadar input. Melainkan sudah menjadi aset dan
alat pemasaran. Karena begitu pentingnya informasi, muncullah pameo
yang mengatakan bahwa kalau ingin memenangkan persaingan, kuasailah
informasi (Simamora, 2003).
Dalam
dunia pendidikan, pentingnya informasi tidak bisa ditawar-tawar
lagi. Pendidikan yang berkualitas selalu ditunjang oleh ketersediaan
informasi yang memadai. Maka tak heran kalau permintaan akan
teknologi informasi sangat tinggi. Dulu para mahasiswa hanya
mengandalkan perpustakaan di kampus sebagai gudang ilmu. Sekarang,
mahasiswa dituntut mampu mengoperasikan peralatan teknologi informasi
untuk mengeksplorasi data hingga ke ujung-ujung dunia sekalipun
(Marimbo, 2004). Selain itu, keputusan terbaik tentang karier
biasanya adalah keputusan yang diambil berdasarkan informasi yang
paling lengkap. Kita akan melakukan kesalahan besar jika membuat
keputusan berdasarkan informasi seadanya (Aresto, 2010).
Bill
Gates, seorang pemilik Microsoft mengatakan, “Kebanyakan orang
meyakini bahwa informasi adalah sesuatu yang amat penting. Saya tidak
sependapat dengan kebanyakan orang. Saya menganggap ada yang lebih
penting dari informasi, ia adalah sharing.” Informasi yang diolah
dan menjadi sebuah keputusan disebut sharing. Informasi yang tidak
diolah dan dibiarkan, tidak lebih sebagai berita saja. Bill Gates
lebih mengedepankan manfaat dari informasi. Untuk apa informasi dan
menghasilkan apa informasi itu. Karena informasi adalah barang mati.
Tidak ada maknanya, berapapun banyak informasi yang diperoleh jika
tidak membawa dampak atau pengaruh yang bisa di share kepada orang
lain. Informasi memang penting, tetapi lebih penting lagi buat apa
informasi itu berpengaruh (Triono, 2010).
Oleh karenanya, mengingat pentingnya kehadiran
informasi bagi kita, maka adalah mesti bagi anak manusia untuk
berupaya sesuai dengan kemampuannya itu mencari dan menggali
sebanyak-banyaknya informasi yang positif. Sangat disayangkan ketika
informsi yang seharusnya tertuju kepada seseorang, namun orang
tersebut malah justru mengabaikan informasi tersebut (Septian,
2011).
BAHAYA
TERBESAR SAAT INI ADALAH INFORMASI
Mungkin
sebagian dari Anda akan mengerutkan kening membaca judul bab ini.
“Bagaimana mungkin ? Semua orang tahu betapa pentingnya informasi
di era informaso saat ini.” Ya, saya tidak bisa menyalahkan Anda
karena informasi memang sangat penting sebagai syarat mengetahui
sesuatu hal lebih jauh. Saat ini tidak jarang kita alami di kantor
ratusan mail masuk ke inbox kita setiap hari menyangkut masalah
pekerjaan, berita dan sekedar informasi basi yang tidak relevan lagi
untuk kita olah.
OK,
nampaknya kalimat di atas harus diperbaiki dengan menuliskan bahwa
“Bahaya terbesar di era informasi adalah kebanjiran informasi”.
Di era informasi ini terjadi mengalir sejumlah infromasI yang tidak
berguna Anda terima hari ini.
Salah
satu bentuk informasi yang tidak berguna dan tidak layak itu yaitu
HOAX. Hoax adalah informasi yang nampak begitu akurat dan logis namun
sebenarnya bohong belaka (Kurniawan, 2009). Seringkali hoax itu
berisi hal-hal baik seperti nasehat dan hikmah dari suatu peristiwa,
peringatan, ajakan berderna, dan lain sebagainya. Namun tetap saja
itu adalah hoax, berita palsu.
Suatu
pesan hoax akan menyebarkan ketakutan dan ketidakpastian sehingga
menyebabkan hilangnya waktu produktif oleh para pencari informasi.
Informasi
sejatinya sangat berguna bagi manusia untuk kelanjutan hidupnya.
Karena dengan informasi ia mampu meraih peluang lebih banyak, muncul
kesempatan baru yang layak untuk dicoba. Berbicara mengenai informasi
itu sendiri, harus kita sadari bahwa informasi terbagi menjadi
informasi yang positif (bermanfaat) dan informasi yang negatif (tidak
memiliki nilai manfaat). Informasi positif menjadi penting bagi kita
untuk mendapatkannya, karena dengan itulah input yang akan masuk ke
pikiran kita diharapkan mampu meningkatkan kualitas kehidupan kita
sebagai manusia. Namun berbeda halnya dengan informasi yang negatif,
harus ada keseriuasan yang berarti bagi kita untuk berupaya
mencegahnya (Septian, 2011).
MBAH GOOGLE VS
PERPUSTAKAAN
Ketika
zaman teknologi informasi sudah maju seperti sekarang ini, masih
pentingkah perpustakaan ? Informasi macam apapun yang diperlukan,
sekarang dengan mudah dicari dengan mesin pencari di internet,
bernama Google. Meski perpustakaan masih tetap memiliki banyak
kelebihan, toh Mbah Google ini menjadi tantangan tersendiri
bagi perpustakaan (Nurcahyo, 2010).
Dengan
perkembangan yang semakin canggih ini perpustakaan jadi sangat sepi
bahkan bisa dikatakan “ tahapan menjadi museum “. Ini dikarenakan
pada era masyarakat informasi seperti sekarang ini, mereka lebih
ingin cepat dan praktis, mereka sekarang malas untuk pergi
keperpustakaan yang mengeluarkan tenaga. Karena internet memberikan
kemudahan yang menjanjikan (Nonitaoni, 2015).
Untuk
mengantisipasi agar perpustakaan tidak sepi pengunjung, memang
diperlukan kiat-kiat jitu nan
cerdas mengantisipasi manuver Google. Dengan demikian para pemustaka
masih berminat "sowan" ke perpustakaan (Chandraleka, 2014).
Berbeda
dengan mbah Google, informasi yang disediakan oleh perpustakaan
adalah sebuah informasi yang valid. Karena berasal dari buku-buku
maupun jurnal-jurnal yang dalam penulisannya dilakukan oleh akademika
yang dapat dipertanggungjawabkan keaslian informasinya. Perpustakaan
akan selalu memperhatikan ketersediaan koleksi untuk memenuhi
kebutuhan pemustakanya dan perpustakaan juga memperhatikan kepuasan
pemustaka perpustakaan tersebut. Perpustakaan juga memiliki tenaga
pustakawan yang selalu siap untuk membimbing pemustaka jika mengalami
kesulitan dalam penelusuran informasi. Agar pengunjung perpustakaan
tetap memanfaatkan perpustakaan dan tidak berlari kepada google
sekarang ini perpustakaan sedang mengembangkan konsep digital.
Perpustakaan memiliki OPAC (Online Public Access Catalog) yaitu suatu
sistem temu balik informasi berbasis komputer yang dapat digunakan
oleh pengguna maupun pustakawan untuk menelusur koleksi bahan pustaka
suatu perpustakaan atau unit informasi lainnya yang dapat diakses
secara online (Sari, 2017).
OPAC
atau disebut katalog on-line merupakan sistem katalog perpustakaan
yang menggunakan komputer. Pangkalan data dirancang dan dibuat
sendiri oleh perpustakaan dengan menggunakan perangkat lunak buatan
sendiri, maupun menggunakan perangkat lunak komersial. Sesuai dengan
namanya katalog on-line ini berfungsi seperti layaknya sebuah katalog
yaitu sebagai sarana penulusuran koleksi milik suatu perpustakaan.
Katalog ini memberikan informasi bibliografis serta lokasi suatu buku
di perpustakaan. Katalog on-line merupakan suatu terobosan yang luar
biasa di bidang kepustakawanan karena dapat memberikan titik cari
(access point) dari segala aspek pendekatan pada data katalog. Pada
katalog konvensional kita tidak akan dapat mencari entri katalog
dari penerbit, tahun terbit, atau bahkan dari kata yang ada pada
judul (selain kata pada urutan pertama). Semua pendekatan dapat
dilakukan pada katalog on-line, bahkan kita bisa mencari melalui kata
yang ada pada judul. Bahkan untuk menghasilkan pencarian yang lebih
akurat biasanya bisa menggunakan logika Bolean yang berupa AND, OR,
NOT (Darmono, 2008).
Manfaat
yang diperoleh bagi pengguna adalah mempermudah
penelusuran informasi, menghemat waktu dan tenaga. Bagi perpustakaan
adalah mempermudah dalam mengolah bahan pustaka, meringankan
pekerjaan, serta bahan pustaka dapat dimanfaatkan lebih
optimal. Dari hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa
katalog menduduki tempat penting dalam unit informasi untuk
menelusuri bahan pustaka yang ada pada zaman sekarang. Fasilitas
katalog online maupun katalog kartu yang sudah ada akan
menyebabkan para pemustaka tidak menyadari manfaat katalog
tersebut. Pemustaka cenderung mencari buku atau informasi yang
diperlukan langsung ke rak koleksi, yang akan memakan waktu
cukup lama dalam penelusuran informasi di perpustakan tersebut
(Mawati dan Nasution, 2013).
Pemanfaatan
OPAC dapat menghemat waktu dan tenaga. Biasanya perpustakaan
menyediakan koleksi berupa jurnal online yang telah dilanggan oleh
perpustakaan tersebut dan jika pada perpustakaan perguruan tinggi
memiliki koleksi berupa skripsi/tugas akhir maupun penelitian yang
dapat diakses oleh masyarakat luas. Pada akhirnya,kita sebagai
masyarakat yang selalu membutuhkan informasi dalam kehidupan
sehari-harinya harus dapat memilah-milah serta membedakan mana
informasi yang ‘sungguhan’ dan informasi yang hanya sekedar
‘hoax’ saja. Kita sebagai pengguna yang pintar tentu bisa memilih
mana yang sesuai dengan apa yang sedang kita butuhkan. Namun
perpustakaan memiliki nilai lebih seperti halnya perpustakaan
perguruan tinggi memiliki koleksi skripsi/penelitian lainnya dan
tentu koleksi seperti itu di perpustakaan dapat dipertanggungjawabkan
keakuratan informasi karena ditulis oleh masing-masing civitas
akademisnya. Perpustakaan akan selalu di kunjungi pengguna nya, dan
koleksinya akan selalu di manfaatkan oleh penggunanya, jika informasi
atau koleksi tersebut tidak tersedia di internet dan informasi yang
dimiliki oleh perpustakaan dapat memenuhi kebutuhan informasi para
penggunanya (Sari, 2017).
Oleh
sebab itu, sebuah perpustakaan harus mulai mengikuti akan adanya
perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi sesungguhnya memiliki
manfaat yang sangat besar, karena dengan adanya pengembangan
teknologi dan informasi, akan memudahkan pemustaka dan pustakawan.
Pemustaka akan lebih mudah mengeti kebijakan yang terdapat dalam
suatu perpustakaan tertentu. Keuntungan unutk pustakawan, lembih
membantu unutk promosi perpustakaannya (Nonitaoni, 2015).
Namun,
adakah perpustakan canggih yang nyaman dan selalu membuat betah
pengunjung ?
Jawabnya
: Ya, Ada. Pustaka Unsyiah
KELEBIHAN PUSTAKA UNSYIAH
Pustaka Unsyiah adalah milik perpustakaan
milik Universitas Syiah Kuala di Aceh. Mulai tahun 2013 telah
mendapatkan akreditasi A dari Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia.
Apa
saja kah yang memberikan nilai lebih pada Pustaka Unsyiah ini :
- Jam buka lebih lamaDiberlakukannnya jam buka yang lebih lama mulai 13 Februari 2017, dari jam 8.45 sampai 23.00 untuk hari Senin-Jumat, khusus Sabtu mulai pukul 8.45 sampai 18.30, dan terakhir hari Minggu pukul 14.00 sampai 18.30; membuat pengunjung lebih puas. Alasannya adalah bakal bikin kelar ngerjain tugas dan hemat uang internetan.Sebagai mahasiswa rantau yang disibukkan perkuliahan dari pagi hingga sore, ditambah menumpuknya tugas membuat mahasiswa mengeluarkan kocek untuk browsing referensi. Adanya tambahan jam hingg pukul 23.00, maka akan menghemat uang yang dikeluarkan untuk main di warnet. Tinggal buka laptop atau cari buku di pustaka Unsyiah, semua referensi dengan mudah dapat didapatkan.Selain itu, bekerja di kampus lebih fokus. Faktanya, yang penulis dengar langsung dari mahasiswa rantau, jika mengerjakan tugas di kos tidak kelar-kelar, bawaannya pengen istirahat atau nonton film, lebih parah main game.
- Anti laparPernahkah merasa lapar di perpustakaan ? Lalu bagaimana yang Anda lakukan ? Pastinya keluar untuk makan. Mengapa tidak makan di dalam perpustakaan ? Pasti jawabnya, nanti takut dimarahi petugas perpustakaan.Tetapi hal ini tidal terjadi di pustaka Unsyiah, di sini diizinkan untuk membawa makanan ke ruangan koleksi, berbeda dengan UPT Universitas laindimana dilarang makan atau minum di perpustakaan.
- Mahasiswa non Unsyiah dapat mengakses perpustakaanSatu hal yang lebih menarik lagi adalah kemudahan dalam mengakses pengetahuan gratis di Perpustakaan Unsyiah bukan hanya diperuntukan untuk pemustaka di kalangan internal saja, melainkan juga untuk para pemustaka eksternal misalnya para mahasiswa non Unsyiah atau masyarakat umum lainya. Portal tersebut bisa diakses di alamat http://uilis.unsyiah.ac.id. Adapun tampilan portalnya sebagai berikut:
- Kemudahan dalam denda keterlambatan pengembalian bukuBagaimana jika kamu tidak bawa uang tunai atau kehabisan uang tunai saat membayar denda keterlambatan buku ? Pinjam sebelah ? Takut ? Gengsi ? Malu ? Terus, gimana solusinya ? Cukup gunakan kartu BRIZZI dari Bank BRI.Pihak Perpustakaan Unsyiah bekerjasama dengan Bank BRI WilayahAceh turut melaunching penggunaan mesin Electronic Data Capture (EDC) menggunakan kartu BRIZZI. Kartu Brizzi ini merupakan produk e-money Bank BRI sebagai pengganti uang tunai untuk melakukan pembayaran. Jadi ya sama saja ya seperti flash BCA dan kartu prabayar lain.Kelebihan kartu ini adalah dapat di top up (diisi saldo) tanpa harus memiliki rekening BRI.Tetapi sekarang, sudah ada mesin EDC dari 3 bank yaitu Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia, dan Bank Nasional Indonesia, yang memudahkan pengunjung untuk melakukan transaksi tarik tunai terutama untuk pembayaran denda keterlambatan pembayaran buku.Semakin mudah kan !!!
- Adanya warkopMasalah yang sudah mafhum di kalangan mahasiswa Indonesia abad ini adalah lebih betah nonton film daripada membaca. Sejenak membaca buku, kurang lebih 15 menit saja sudah membuat mata terkatup-katup tidak karuan. Akan tetapi, jangan khawatir jika bertandang ke Pustaka Unsyiah, di sini disediakan warkop untuk mengusir rasa kantuk. Silahkan berkunjung Libri Cafe yang berada di lantai 1 Perpustakaan Unsyiah.
- Memanfaatkan OPACSeringkali kali kita merujuk perpustakaan sebagai tempat andalan untuk menemukan referensi. Beberapa pencarian mendatangkan hasil, tapi tak jarang harus berbalas tangan kosong. Selain itu, perpustakaan sering kali terlambat kedatangan buku-buku baru, padahal yang kita butuhkan adalah sumber terbaru yang up to date. Apalagi untuk karya ilmiah terentu, diperlukan data darI hasil penelitian terbaru sebagai bahan komparasi (Sari, 2017).Oleh karena itu, Pustaka Unsyiah membuat strategi dengan mengindexkan OPAC ke Google. Koleksi jurnal, buku, hasil penelitian, dan materi free access (full-text) lebih mudah ditemukan oleh para penggemar Mbah Google.Dengan menggunakan OPAC kita dapat melihat koleksi yang kita butuhkan tersedia atau tidak diperpustakaan tersebut tanpa harus datang ke perpustakaan. Kita dapat mendowload data digital yang disediakan oleh perpustakaan tersebut melalui OPAC (Sari, 2017).
- Pinjam tanpa antriPustaka Unsyiah mengikuti jejak UGM dengan merevolusi cara peminjaman buku. Cukup dengan menscan barcode pada kartu identitas dan memasukkan password. Kemudian Buku diletakkan di tempat peminjaman buku yang telah disediakan dan mengambil slip dengan tombol selesai. Alat peminjaman ini disebut System Self Loan Station (Unit Peminjaman Mandiri). Cukup menghemat waktu karena tidak perlu antri. Jika merasa kebingungan, para pustakawan siap membantu menjawab semua pertanyaan tentang prosedur pinjam meminjam buku. Datangilah pustakawan yang tidak jauh dari mesin peminjam.
- Surganya penelitianBagi mahasiswa yang sedang melaksanakan tugas akhir, membuat makalah, mengikuti perlombaan PKM maka dibutuhkan sumber referensi yang valid untuk mengerjakannya, pustaka Unsyiah menyediakan 12 aplikasi yang dapat diakses oleh mahasiswa secara gratis untuk memperoleh jurnal-jurnal ilmiah internasional, yakni terdiri dari Online Public Access Catalog (OPAC), Electronik Theses and Dissertations (ETD), Open Educational Resource (OER), e-journal, e-reference, e-Repository, Unsyiah Union Catalog (UUC), Springerlink, ebrary, ProQuest, EBSCO HOST, dan INFOTRAC.
- Adanya wifi setiap lantainyaSekarang ini 'kan zamannya sebagian besar mahasiswa nyaman melewati hari dengan perangkat smartphone, segelas kopi, dan wifi gratisan.Penggunaan internet ini tidak terlepas dari namanya media sosial seperti Facebook dan Instagram. Selain itu, banyak hal yang biasanya dilakukan mahasiswa saat berinternet, diantaranya menegerjakan laporan, makalah, lomba PKM, menyimpan skripsi di googledrive, upload jurnal skripsi, dan sebagainya.
SUMBER PUSTAKA
Triono,
B. 2010. Jangan Tinggalkan Generasi yang Lemah. Penerbit Cerdas Ulet
Kreatif. Jember.
Sukma,
N. A. 2005. Menguak
Identitas Barumu. PT Mizan Pustaka. Bandung.
Nonitaoni.
2015. Perpustakaan vs Google.
http://nonitaoni.blog.fisip.uns.ac.id/2015/12/13/perpustakaan-vs-google/.
Diakses tanggal 6 Maret 2017.
Nurcahyo, H. 2010. Perpustakaan vs Google. http://perpustakaan.kaltimprov.go.id/berita-176-perpustakaan-vs-google-.html. Diakses tanggal 6 Maret 2017.
Nurcahyo, H. 2010. Perpustakaan vs Google. http://perpustakaan.kaltimprov.go.id/berita-176-perpustakaan-vs-google-.html. Diakses tanggal 6 Maret 2017.
Sari,
U. K. 2017. Perpustakaan atau Google ?
http://library.perbanas.ac.id/news/perpustakaan-atau-google-.html.
Diakses tanggal 6 Maret 2017.
Chandraleka,
H. 2014. Mending ke Google daripada ke Perpustakaan.
http://ilmukomputer.org/wp-content/uploads/2014/10/hchandraleka-mending-ke-google-daripada-ke-perpustakaan.pdf.
Diakses tanggal 6 Maret 2017.
Mawati,
Y. Dan B. Nasution. 2013. Pemanfaatan Online Public Access Catalog
(OPAC) untuk Meningkatkan Kualitas Layanan di Perpustakaa Universitas
Negeri Padang. Jurnal Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan Vol.
2 No. 1 : 435-442.
Darmono.
2008. Perpustakaan Sekolah : Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata
Kerja. Grasindo. Jakarta.
Simaremare,
L. 2013. Kunci Pembahagia dalam Pekerjaan. Jentera Pustaka. Jakarta.
Kurniawan.
Y. 2009. Having Fun with Plurk. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.
Septian,
T. 2011. Pengertian Informasi.
https://septian99.wordpress.com/2011/06/16/pentingnya-informasi/.
Diakses tanggal 5 Maret 2017.
Aresto,
Y. S, 2010. Sukses dapat Kerja Jalur Online. GagasMedia. Jakarta.
Marimbo,
R. C. 2004. 100 Peluang UKM Terdahsyat. PT Elex Media Komputindo.
Jakarta.
Simamora,
B. 2003. Memenangkan Pasar dengan Pemasaran Efektif dan Portabel. PT
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
0 komentar :
Post a Comment